1.
Zaman Anglo Saxon.
a. Suku-Suku Iberia dan
Suku-Suku Kelt
Kepulauan Britania sudah dihuni manusia
ribuan tahun sebelum tarikh Masehi.
Penduduk yang dominan pada zaman purba ini ialah mereka yang berambut kehitam-hitaman
sehingga untuk mudahnya mereka sering disebut orang-orang Iberia´. Di kepulauan
Britanian itu orang-orang Iberia melalui berbagai tingkat peradaban dari zaman batu sampai ke zaman
logam.Dari abad ke-7 SM sampai abad ke-3 SM, suku-suku bangsa Kelt yang
mula-mula mendiami Jerman barat-laut dan negeri Belanda bergerak melintasi
benua Eropa ke segala penjuru. Sebagian dari suku ini menyebrabgi lautan dan
menyerbukepulauan Britania secara bergelombang. Orang-orang Iberia yang
mendiamikepulauan itu sebagian ditundukkan atau dimusnahkan dan sebagian
melarikan diri kedaerah-daerah pegununga di
sebelah barat dan utara.Hubungan antara orang-orang Kelt dan orang-orang
Iberia di KepulauanBritania mula-mula aialah hubungan antara yang menaklukan
dan yang ditaklukan,tetapi keduanya lama kelamaan bercampur. Dareah-daerah
Inggris selatan dantenggara merupakan tempat-tempat dimana orang-orang Kelt
mencapai tingkatkehidupan ekonomi dan kebudayaan yang tertinggi. Hal ini tidak
mengherankan karena daerah-daerah itu
sangat baik untuk pertanian dan peternakan.
b.
Inggris dibawah Kekuasaan Roma
Tahun 55 dan 54 SM balatentara Roma
menyerbu Inggris. Tetapi penyerbuanitu belum berakibat dikuasainya Inggris oleh
Roma, karena balatentara itu segeraditarik kembali. Kemudian tahun 43 M Roma
melakukan penyerbuan lagi danmengalami kemenangan. Cara tentara Roma untuk
menjaga dan tetap menguasaiwilayah-wilayah yang telah ditaklukannya ialah
dengan membangun jaringan jalanraya yang
mrnghubungkan sistem perbentangan yang masing-masing dijaga tentara reguler.
Salah
satu pengaruh Roma yang terpenting terhadap orang-orang Kelt ialahagama Kristen
yang masuk ke Inggris pada abad ke-4. Ketika seratus tahun kemudian balatentara serta pejabat-pejabat Roma
ditarik kembali ke Roma dan peradaban Romadi Inggris dilanda kemusnahan, maka
yang tetap tegak antara sisa-sisa peninggalanRoma ialah agama Kristen diantara
suku-suku Kelt.
c. Serbuan Suku-Suku Germanik
Menjelang akhir
abad ke-4 pusat pemerintahan Roma mulai goyah karenasebab-sebab ekonomi
dan politik, dan juga karena serangan-serangan suku-sukuGermanik yang semakin
meningkat. Di Inggris, mulai surutnya kekaisaran Romatampak dalam semakin mengganasnya serangan-serangan suku-suku Kelt
primitif dariutara dan dari Irlandia terhadap daerah-daerah yang
dikuasai pemerintah Roma.Kesulitan-kesulitan yang dialami pusat pemerintahan
Roma mengakibatkan semakinsedikitnya
tentara dan orang-orang sipil yang dikirim ke Inggris.Pada saat tentara
Roma ditarik seluruhnya oleh Inggris pada permulaan abadke-5, suku-suku
Germanik dari daratan Eropa mulai berdatangan dalam jumlah besar dan
memusnahkan sisa-sisa kebudayaan Roma. Orang-orang Germanik yangmenyerbu
Inggris itu ialah dari suku-suku Jute, Angle, dan Saxon, atau sering
disebutsuku-suku Anglo-Saxon´.
Dalam abad ke- 16 kekacauan
yang ditimbulkan oleh penyerbuan suku-sukuAngle, Saxon, dan Jute sudah
mereda. Hubungan antara orang-orang Anglo-Saxondan orang-orang Kelt, yang
sebagian besar mendiami bagian barat Inggris, Wales, danSkotlandia, tidak pernah akrab sehingga tidak banyak terjadi saling
mempengaruhi
d. Penyebaran Agama
Kristen di Inggris
Agama Kristen
masuk di kalangan orang-orang Anglo-Saxon menjelang akhir abad ke- 6 dari dua jurusan,
yaitu dari selatan dan utara. Penyebaran agama Kristendari selatan mulai dengan mendaratnya Agustinus dari Roma dengan 40
pengikutnyadi daerah Kent. Orang-orang Wales membantu mengkristenkan
orang-orang Aglo-Saxon melalui seorang rohaniawan yang bernama
Patricius. Pada abad ke-5 iamnegkristenkan Irlandia bernama Columba menyebarkan
agama di Skotlandia barat,dan di daerah ini
agama Kristen masuk ke Northumbria melalui seorang misionaris bernama
Aidan. Agama Kristen yang disebarkan oleh Aidan itu dalam beberapa
hal berbeda dari agama Kristen yang dibawa oleh Agustinus.Keunggulan
Gereja Roma di seluruh Inggris ini memungkinkan sentralisasidan kesatuan dalam
sistem serta tujuan dalam urusan kegerejaan Inggris. Pengaruh baik yang
disebarkan oleh Gereja tidak saja terasa dalam urusan kenegaraan
tetapi juga dalam bidang kebudayaan pada umumnya. Penegetahuan dan
kesennian berkembang berkat pengaruh Gereja, terutama kesusasteraan, musik
dan arsitektur.Kesusasteraan Anglo-Saxon yang sebelumnya hanya berbentuk lisan,
mulai dituliskanoleh para rokhaniwan
sehingga sebagian masih dapat tersimapan sampai sekarang.
e. Serbuan Orang-orang
Skandinavia
Menjelang akhir abad ke-8, Inggris
mendapat serangan-serangan pertama dariorang-orang Viking. Pada pertengahan
abad ke-9, Inggris bagian utara dan timur hampir seluruhnya sudah dikuasai
oleh orang-orang Skandinavia. Mereka kemudianmulai
mengarahkan serangan-serangan mereka ke Wessex. Tetapi untunglah Wessexwaktu
itu memiliki seorang tokoh besar yangmampu menghadapi serangan-seranganViking, ialah raja Alfred (871-899).
Setelah tujuh tahun berperang, ia berhasilmengalahkan
bangsa Viking dan memaksa mereka menerima perjanjian Wedmore pada tahun
878.Berkat usaha-usaha Alfred, maka putranya yang kemudian menggantikannya,yaitu
Edward the Elder, sudah merasa cukup kuat untuk berusaha merebut
kembalidaerah-daerah Danelaw. Dengan demikian maka persatuan bangsa Inggris
merupakanhasil positif yang tumbuh dari kesengsaraan yang ditimbulkan oleh
peperanganmelawan orang-orang Viking.
f. Feodalisme Tumbuh di
Inggris
Sistem ini mulai
tampak bentuknya kira-kira dalam abad ke-10
dan mencapai kejayaanya dua abad berikutnya. Feodalisme bukanlah hasil
perancanaan, melainkantumbuh dari keadaan setempat. Inggris diperintah oleh
seorang raja dan penyatuanseluruh Inggris terlaksana dibawah raja Edgar
(959-975). Kata ³feodalisme´sesungguhnya berdasarkan kata ³feudum´ atau tanah
titipan. Dan memang sebagian besar negara waktu itu diatur menurut azas
feodalisme. Pun dalam tata mayarakat, prinsip
yang mennjadi lazim ialah bahwa ³setiap orang memiliki seorang tuan (lord)´yang
wajib ia layani dan dari siapa ia memperoleh perlindungan, peradilan, dan jaminan penghidupan. Hubungan pribadi
antara bawahan dan atasan merupakan tali pengikat yang mempersatukan
seluruh masyarakat, bahkan seluruh negara.
2. Zaman Anglo –Perancis
a. Pemerintahan Edward
The Confessor dan Penaklukan oleh Normadia
Di atas telah dikemukaan bahwa para
pengganti Canute tidak mampu mempertahankan
konfederasi Anglo-Denmark, sehingga Inggris berdiri sendiri lagi di bawah
seorang raja keturunan Alfred the Wessex, yaitu Edward the Confessor. Jugatelah dikatakan bahwa hubungan Inggris dengan
Denmark semakin jauh karena raja baru itu telah berorientasi kepada
Prancis. Maka tatkala Edward menduduki tahtaInggris, ia mengangkat orang-orang
Normandia dalam kedudukan-kedudukan tinggi baik
di lingkungan Gereja maupun dalam pemerintahan
Pada
tahun 1066 raja yang saleh dan lemah itu meninggal dengan mewariskantahta yang
menjadi bahan sengketa karena konsep ³kesucian´ yang ia pegang teguhtidak memungkinkan untuk memiliki keturunan. Maka
sesudah Edward meninggatanpa mempunyai keturunan yang dipilih oleh
³Witan´ sebagai penggantinya ialahHarold, putra Godwin, Earl of Wessex. Namun
pengangkatan Harold ini ditentangoleh
Harald Hadrada, raja Norwegia dan William, Duke of Normandy, yang masing-masing
seperti juga Harold masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan Edwardteh
Confessor, dan karenanya merasa berhak juga atas tahta Inggris. Menjelang
akhir bulan September 1066 pasukan
Norwegia mendarat dibagian utara Inggris, namudapat dikalahkan oleh
Harold. Beberapa minggu sesudah Harold berhasilmengalahkan pasukan-pasukan
Norwegia, ia sendiri dikalahkan dan terbunuh oleh pasukan Willian dari
Normandia di suatu tempat di Inggris selatan yang bernamaHastings.
b. Akibat Penaklukan
oleh Normandia
Sesuai dengan namanya, maka daerah
Prancis yang disebut Normandiasesungguhnya dikuasai oleh keturunan orang-orang
Skandinavia. Orang-orang Normandia itu tidak berusaha mempertahankan
kebudayaan asli mereka, tetapi bahkan menanggalkannya dan mengadopsi
kebudayaan Prancis. Dalam segi politik, feodalisme Normandia lebih ketat
daripada feodalisme Anglo-Saxon. Williammenjadi Raja Inggris setelah
kemenangannya di Hastings. Dengan pemerintahannya,William telah mencergah timbulnya anarki yang merupakan bahaya yang
selalu mengancam dalam sistem feodal, dan memulai pertumbuhan birokrasi
kerajaan yang efektif. William tidak
saja mengadakan perubahan-perubahan dalam sistem pemerintahan, tetapi juga
di bidang keagamaan, salah satunya yaitu pemisahan antara peradilan Gereja dan
peradilan sekuler. Salah satu akibat penaklukan oleh Normandiayang tidak kalah
pentingnya ialah yang mnyangkut bahasa Inggris.
c. Raja-Raja
Anglo-Norman Sesudah William I
William I atau William the Conqueror
(si Penakluk) yang meninggal tahun 1087 telah mewariskan suatu monarki serta
suatu kerajaan yang cukup mantap berkat perpaduan tiga cara pengendalian,
aialah melalui sistem feodal, administrasi pusat,dan pemerintahan daerah. Garis
Normandia dilanjutkan oleh William Rufus atauWilliam II (1087-1100), putera
tertua William I. Di bawah pemerintahan William IIterjadi sengketa antara raja
dan Gereja. Penyebab pokok berkisar sekitar kekkuasaandan kekayaan duniawai yang dimiliki gereja dan cenderung menimbulkan
rasa cemasdan iri di kalangan sekuler, dan konflik tersebut masih berlanjut
tatkala WilliamRufus meninggal dan
digantika oleh adiknya, yaitu Henry (1100-1135). Pada masa pemerintahan Henry suasana semakin
membaik. Namun setelah kematian Henry I dan digantikan oleh Stephen of
Bloissuasana menjadi semakin memburuk dan terjadi anarki dan
kesewenang-wenangandan berlangsung teus sampai meninggalnya Stephen tahun 1154
yang kemudiandigantikan oleh Henry II.
d. Pertumbuhan Kota-Kota
Tatkala
perdagangan di Eropa Barat mengalami kemunduran sesudahruntuhnya kekaisaran
Roma, ikut mundur pulalah kota-kota yang ada di bagian benuaitu. Keadaan di Eropa
barat sesudah runtuhnya kekaisaran Roma itu tidak memungkinkan bagi
kegiatan perdagangan. Keadaan tersebut berubah berangsur-angsur dalam abad ke-11dan12 tatkala keamanan di Eropa barat mulai membaik.Dengan
hidupnya kembali perdangan itu, bangkit pulalah pusat-pusat kegiatan usahadan perdaganganyang dinamakan kota.Lambat
laun kota-kota itu menginginkan kebebasan yang lebih besar denganhak-hak sendiri.
Keinginan tersebut kemudian dapat terkabul sesudah kota-kota itumemperoleh
³piagam´ (charter) dari raja dengan cara membeli. Hidupnya
kembali perdagangan yang mengakibatkan tumbuhnya kota-kota, berakibat pula
pada perananuang dalam masyarakat. Selain itu, pertumbuhan kota-kota
meningkatkan dinamikamasyarakat, karena penghunu-penghuni kota lebih bersifat
terbuka terhadap hal-hal baru.
e. Pemerintahan Henry II
(1154-1189)
Pada waktu Henry II dinobatkan sebagai
raja, ia sebagai Count of Anjou telahmenguasai
daerah-daerah luas di Prancis yang meliputi lebih dari separuh negeri itu.Henry
II memiliki sifat-sifat kepemimpinan dan dinamika yang memadai. Syarat lainyang harus dipenuhi untuk dapat menguasai
daerah-daerah seluas itu ialah suatuaparat permanen yang benar-benar efektif.Suatu
paradox dalam sejarah bangsa Inggris, yaitu bahwa kebijaksanaan-kebijaksanaan
yang menumbuhkan kelembagaan yang khas Inggris justru diciptakanoleh tokoh-tokoh yang sesungguhnya termasuk
³orang asing´ di Inggris. Melaluihukum, Henry II telah berhasil
memperkuat pemerintahan kerajaan, suatu hal yangsangat diinginkan
golongan-golongan menengah dan bawahan waktu itu. Henry II berhasil
mencegah anarki dalam kerajaannya, namun sebaliknya ia gagal mencegahdalam
keluarganya sendiri. Kedua puteranya memberontak terhadapnya pada tahun 1188 dengan bantuan raja Prancis.
f. Perang Salib
Perang Salib dimulai tahun1096 dan
secara terputus-putus berlangsungselama dua abad. Perang ini mula-mula
bertujuan utama merebut kembali Jerusalemdari tangan pemeluk-pemeluk agama
Islam yang dikabarkan telah memberikan perlakuan kurang baik kepada
peziarah-peziarah Kristen ke Tanah Suci itu. Selainmotif agama, terdapat juga
motif-motif lain yang mendorong sebagian pesertaexpedisi-expedisi Perang Salib
itu.Diantara expedisi-expedisi yang terpenting yaitu: Perang Salib I (1096-1099),Perang
Salib II (1147-1150), dan Perang Salib III(1189-1192).
Perang Salib tidak berhasil
mencapai tujuan utamanya yaitu menguasai kembali Jerusalem.
g. Pemerintahan
Richard I (1189-1199)
Richard ³si Hati Singa´ lebih terkenal
sebagai pahlawan Perang Salib III, dansebagai ³jago perang´ ia tentunya kuran
tertarik kepada soal-soal rutin administrasi pemerintahan. Hak-hak
khususnya sebagai raja ia ³gadaikan´ kepada adiknya John,dan
bangsawan-bangsawan kaya. John pada waktu itu sudah terkenal sebagai orangyang tidak bijaksana dan sukar dipercaya.Selama
masa pemerintahan Richard, sesungguhnya pimpinan pemerintahandipegang oleh para
³justiciar´, yaitu hakim agung dan pejabat kerajaan tertinggi,mula-mula William Longchamps dan kemudian Hubert
Walter. Hubert Walter berhasil
dalam menjaga ketertiban dan keamanan, dan selain itu ia menempuh suatukebijaksanann
baru dengan memberikan kepercayaan dan tanggungjawab lebih besar kepada golongan menengah di kota-kota.
Pemerintahan yang dijalankan HubertWalter hanya 4 tahun dan berakhir
ketika Richard I yang diwakilinya terbunuh diPrancis. Pemerintahan selanjutnya
dipegang oleh John.
h.
Magna
ChartaRaja John (1199-1216)
Magna ChartaRaja John (1199-1216) sering dianggap sebagai ³raja terburuk´ yang
pernahmemerintah di Inggris. Pemerintahan John bahkan dapat dianggap sebagai
³rahmatterselubung´ karena tindakan-tindakan negatif yang
dilaksanakannya justrumenghasilkan akibat-akibat positif bagi bangsa Inggris.
Pertama, orientasi golongantasan Inggris, baik kultur ekonomis maupun politis
semakin jauh dari Prancis danlebih tertuju
kepada Inggris. Kedua, lahirnya ³Magna Charta´ yang merupakan dasar kongkrit
bagi konstitusi Inggris.³Magna Charta´
(Piagam Agung) ditandangani oleh John untuk memenuhituntutan para
bangsawan pada pertengahan tahun1215. ³Magna Charta´ atau ³TheGreat Charter´
berisi masalah-masalah khusus, dan yang terpenting ialah bahwa
tidak boleh lagi dipungut pajak-pajak tambahan tanpa persetujuan
³Great Council´ (MajelisAgung), dan menangkap ³orang bebas´ (freeman) adalah
tindakan melawan hukumkecuali jika sesuai dengan penilaian sah para atasan
orang tersebut atau sesuai denganhukum yang
berlaku. ³Magna Charta´ sepanjang sejarah bangsa Inggris menjadi pegangan
pokok bangsa itu dalam mempertahankan hak-hak serta kebebasannyaterhadap
kesewenang-wenangan para penguasa.Raja John menghianati piagam itu sendiri
segera setelah iamenandatanganinya. John meninggal tahunn1216 dan tahta
kerajaan diserahkankepada puteranya yang
berumur 9 tahun yang memerintah sebagai Henry III.
3.
Perang
100 Tahun
Meski perang ini berlangsung sepanjang masa
kekuasaan lima raja Inggris dan lima raja Perancis (Valois),
masa ini bukanlah peperangan yang terjadi terus-menerus, melainkan rangkaian kampanye yang dipisahkan kadang oleh masa gencatan senjata yang panjang atau konflik bertekanan tinggi,
baik di luar negeri maupun di dalam negeri.
Perang ini kebanyakan terjadi di Perancis,
dan meski ia mirip sebuah perang saudara Perancis
maupun konflik internasional, sejarawan Philippe de Vries memperkirakan perang
ini telah "terjadi pada sekitar tingkat provinsi". Fernand Braudel,
yang mengutipnya, menambahkan bahwa "Inggris berperan sebagai sebuah
provinsi (atau sekelompok provinsi) dalam unit Inggris-Perancis" yang
merupakan medan perang sekaligus sebuah hadiah (Braudel 1984 hal. 353).
Perang ini penting karena penggunaan senjata
dan taktik baru yang mengakhiri zaman ksatria, kehadiran pasukan tentara pertama di Eropa Barat sejak masa Kekaisaran Romawi Timur,
perubahan dalam peran para orang-orang bijak dan rakyat miskin, dan
perkembangan penting dalam pertumbuhan bangsa dan monarki baru secara
rata-rata. Perang ini sering dipandang sebagai salah satu konflik terpenting
dalam peperangan zaman pertengahan.
Setelah
raja terakhir Prancis dari keturunan langsung Capet meninggal pada 1328 M, raja
Inggris Edward III, yang telah menguasai wilayah yang besar di Prancis,
mengklaim sebagai penguasa seluruh wilayah Prancis sebagai raja Prancis serta
raja Inggris. Ia memanfaatkan kondisi Prancis yang sedang tanpa pemimpin. Pada
masa ini Edward III sendiri baru berusia delapan belas tahun.
Perang
pun pecah pada 1338 M. Menghadapai ancaman Inggris, para lord Prancis memilih
seorang raja baru untuk memimpin mereka melawan pasukan Inggria. Sayangnya,
raja terpilih bukanlah orang yang cakap sehingga pada awalnya justru Inggris
yang mampu memenangkan beberapa pertempuran besar. Semakin lama jutru semakin
banyak wilayah Prancis yang direbut Inggris, dan wilayah yang dikuasai kerajaan
Prancis hanya menyisakan sedikit kawasan di Prancis utara.
Meskipun
demikian, Prancis terus melawan dan peperangan terus berlanjut, bahkan setelah
Edward III meninggal pada 1377 M. Sebagian karena Maut Hitam, kedua belah pihak
tidak mampu untuk sepenuhnya mengakhiri peperangan. Di bawah raja baru mereka
yang masih muda, Henry V, Inggris memenangkan pertempuran besar di Agincourt
pada 1415 M, di mana Henry menggunakan senjata baru, meriam, yang amat
membantunya memperoleh kemenangan.
Inggris
berhasil merebut hampir seluruh wilayah Prancis. Akan tetapi Henry V mati muda
di Paris. Setelah kematiannya, Prancis mulai mengalami kebangkitan dengan
munculnya seorang perempuan bernama Jean, yang mengaku mendengar suara Tuhan di
ladang ketika sedang menggembalakan domba ayahnya. Ia mengklaim bahwa Tuhan
menyuruhnya mempimpin pasukan Prancis melawan Inggris. Maka Jean pun
meninggalkan desanya yang disebut Arc dan mendatangi pasukan Prancis.
Pada
awalnya Jean ditertawakan oleh para tentara, yang tidak percaya bahwa Jean
dapat memimpin pasukan. Namun Jean akhirnya berhasil memimpin mereka, dan di
bawah kepimpinpinanya, pasukan Prancis memperoleh banyak kemenangan. Ia
berhasil merebut kembali kota Orleans dan Reims, serta kota-kota lainnya, demi
raja Prancis, Charles VII. Sayangnya, ia kemudian ditangkap dan ditawan oleh pasukan
Inggris. Pasukan Inggris menuduh Jean sebagai penyihir, dan, setelah melalui
pengadilan yang panjang, membakarnya hidup-hidup di Rouen pada 1431 M.
Meskipun
kehilangan Jean, Prancis terus memperoleh kemenangan dalam peperangan ini, dan
pada 1453 M raja Inggris Henry VI (putra Henry V) menyerah kepada Prancis. Ia
melepaskan seluruh wilayah kekuasaannya di Prancis kecuali pelabuhan di Calais.
4.
Perang
Bunga Mawar
Meskipun pertempuran bersenjata telah terjadi
antara pendukung Henry dan Richard sebelumnya, konflik utama bari terjadi pada
tahun 1455 sampai 1487.
Pemicu perang ini adalah perebutan tahta
antara dua keluarga tersebut. Konflik antara dua keluarga dimulai pada 1422
ketika Richard, Bangsawan York menuntut tahta Inggris karena Raja Henry V yang meninggal pada saat itu memiliki pewaris tahta
yang masih bayi, Henry VI. Tuntutan ini, tentu saja, memicu konflik antara Keluarga
Lancaster dan Keluarga York,
terutama dengan Margareth dari Anjou, Ratu Inggris.